Saturday 1 December 2012

Film Dokumenter Pulo Aceh Surga yang terabaikan

FILM dokumenter “Pulo Aceh: Surga yang Terabaikan”, karya R.A Karamullah berhasil merebut penghargaan sebagai film favorit penonton (Best Audience Choice), pada ajang SBM Golden Lens Documentary Film Festival 2012 yang diumumkan Sabtu malam, 29 September 2012 di Pusat Kebudayaan Belanda, Erasmus Huis, Jakarta.

Film besutan sejumlah mahasiswa di Aceh ini mengalahkan dua film lain pada katagori yang sama.

Film yang digarap  R.A. Karamullah bersama sejumlah rekannya  memuat kritik sosial dengan menghadirkan kehidupan warga Desa Meulingge di Pulo Aceh. Dalam film itu digambarkan, warga pulau itu hidup dalam kondisi serba terbatas: mulai dari guru yang jarang masuk kelas, kekurangan bidan desa, hingga kondisi dermaga yang dibuat oleh warga secara gotong royong. Padahal, pulau itu letaknya hanya dua jam naik boat dari Banda Aceh, Ibukota Provinsi Aceh.


Berikut adalah penggalan film berdurasi 20 menit 




kesimpulannya :Keindahan kadang tak sepenuhnya manis. Meulingge, sebuah desa kepulauan yang indah, dengan panorama pantai yang landai, dan hutan yang lebat. Di laut Meulingge, hidup jutaan ikan; aneka ragam, beragam pula warnanya. Namun, semua keindahan tersebut tertutupi, karena faktor ketertinggalan. Untuk menuju ke desa paling ujung bagian barat Indonesia ini, harus dengan boat nelayan, atau melewati pegunungan curam.
Di desa yang damai ini, sarana kesehatan merupakan sebuah mimpi; tak ada tenaga medis. Pendidikan, "digarap pura-pura". Mudah mendapati anak putus sekolah, atau orang yang tak bisa baca-tulis. Listrik, hanya dihidupkan seperempat hari, mulai jam 18.00, hingga tengah malam.
Padahal, laut biru yang dihiasi terumbu karang yang indah, merupakan aset, untuk memajukan Meulingge; menjadikan Meulingge sebagai salah satu tempat destinasi wisata bahari di Aceh.